INTERAKSI MERANTI DIANTARA KEBUN SAWIT DALAM SISTEM AGROFORESTRI
1.
Meranti
Dipterocarpaceae merupakan famlli jenis-jenis yang
tumbuh dominan dalam Hutan Tropis di Asia Tenggara termasuk Indonesia, jeni-jenis
ini menguasai potensi dan lapisan tajuk yang paling atas dari struktur tegakan
di alam. Sebagian besar jenis-jenis Dipterocarpaceae tumbuh dan menyebar pada daerah
dataran rendah, dibanyak tempat 80% dari individu-individu pohon yang berada
pada lapisan tajuk atas dan 40% berada pada lapisan bagian bawah (.Ashton, 1982
dan Bawa, 1998 dalam Nurhasybi dkk., 2003). Jenis Dipterocarpaceae
termasuk jenis penting dalam perdagangan kayu Indonesia (75%) dan merupakan
salah satu. jenis unggulan dalam program Hutan Tanaman. Jenis-jenis
Dipterocarpaceae telah menyumbang sangat besar pada perekonomian hampir jauh
lebih besar dari nilai produksi kayu dan hasil ikutan lainnya (Kantarfi, 1993).
Dengan adanya prospek
yang bemilai tinggi dari Hutan Tanaman untuk jenis tersebut, maka per1u
diujicobakan penanaman di lapangan, terutama pada areal di bawah tegakan sawit
agar diketahui teknik silvikultur (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan
tingkat intensitas cahaya yang diper1ukan), tingkat pertumbuhan dan hasil
tegakannya. lnfonnasi tersebut sangat penting bagi perencanaan pengelolaan
Hutan Tanaman untuk kayu pertukangan. Dan diharapkan para pengusaha dan
masyarakat tertarik untuk mengembangkan jenisjenis tersebut dalam skala yang
luas. lnfonnasi budidaya tengkawang di bawah tegakan sawit juga dibutuhkan
untuk membuat kebijakan rehabilitasi yang tepat pada kawasan hutan yang telah
dirambah dan ditanami sawit.
Meranti di antara sawit
dapat diperkuat oleh percontohan penanaman meranti pada kebun karet sebagaimana
menurut Hesti, Tata dkk (2008), Meranti dapat ditanam
di kebun karet dengan sistem wanatani yang ditanam di antara pohon karet dengan
memperhatikan aspek budidaya meranti dan karet. Persaingan dalam penyerapan
hara dan cahaya matahari antara tanaman pokok karet dengan meranti dapat
diatasi dengan mengetahui informasi teknis budidaya kedua jenis. Pohon meranti
memiliki model tajuk seperti mahkota (crown canopy), sehingga tajuknya
tidak akan menaungi pohon karet. Jika dibandingkan dengan pohon mahoni yang
memiliki model tajuk seperti payung, jenis mahoni dan karet akan bersaing dalam
mencari cahaya matahari. Persaingan penyerapan hara antara meranti dengan karet
dapat diatasi dengan mengatur jarak tanam yang sesuai.
(Hesti
L. Tata. 2011) menyatakan bahwa mikoriza (asosiasi hubungan jamur
tertentu dengan akar pohon tingkat tinggi) bermanfaat dalam pertumbuhan
dipterokarpa karena membantu penyerapan
air dan unsur hara, sehingga meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan, dan melindungi pohon dari penyakit akar,
sehingga kemungkinan hidup bibit lebih tinggi. Dan biologi tanah untuk
pengembangan dipterokarpa di lahan agroforestri karet di Sumatra. Di lapangan
terbukti bahwa bibit yang ditanam tanpa inokulasi mikoriza di persemaian dapat
tumbuh dengan baik seperti bibit yang diinokulasi mikoriza. Setelah diteliti,
ternyata mikoriza yang berkembang pada akar meranti bukanlah karena jamur yang saya
inokulasi, tetapi dari jamur yang memang sudah ada dalam biologi tanah
setempat.
Hubungan antara jamur
dan akar pohon tersebut bersifat saling menguntungkan (mutualisme), yaitu jamur
membantu penyerapan unsur hara (terutama fosfor) dan air dari dalam tanah,
sebaliknya pohon inang menyediakan sumber karbon hasil fotosintesa untuk jamur
(Harley, 1972).
Di samping itu,
daur/rotasi tebang meranti yang jauh lebih lama (antara 30 sampai 50 tahun),
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap konservasi tanah
dan air, konservasi biodiversitas, serta dalam pemeliharaan daya dukung
ekosistem hutan. Jenis ini mampu tumbuh di lahan terdegradasi, mulai dataran
rendah sampai dataran sedang, dan pada jenis tanah asam sampai agak basa. (Ika
Heriansyah, 2011)
Inang, dalam
pertumbuhan hidupnya mendapatkan sumber makanan lebih banyak dari dalam tanah
dengan bantuan penyerapan lebih luas dari organ-organ mikoriza pada sistem
perakaran dibandingkan yang diserap oleh rambut akar biasa. Makanan utama yang
diserap adalah fosfor (P) dan juga termasuk nitrogen (N), kalium (K) dan unsur
mikro lain seperti Zn, Cu dan B.(Santoso Erdy, dkk. 2011)
Dari uraian tersebut
pada tapak meranti telah memiliki mikoriza yang dapat memperbaiki tapak tanah.
Shorea parvifolia Dyer
yang masih muda (1-3) untuk pertumbuhannya membutuhkan naungan (jarak tanam
yang rapat), tetapi pada umur empat tahun dan seterusnya membutuhkan cahaya
yang lebih banyak(jarak tanam yang lebar). Untuk itu penanaman sebaiknya dengan
jarak tanam yang lebar (3x3 m), (Mawazin dan Hendi, 2008)
2.
Sawit
Komoditas yang
mempunyai nilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan salah satunya adalah
kelapa sawit. Berikut ini disajikan peryaratan tumbuh dari tanaman kelapa sawit
yaitu Tanah/lahan, Tinggi tempat: tanaman sawit dapat tumbuh sampai ketinggian
tempat >1000 meter di atas permukaan laut (mdpl), tapi secara ekonomis
diusahakan sampai dengan ketinggian 400 m dpl. Topografi: kemiringan lereng
0-250. Drainase: drainase harus baik, kondisi tanah tergenang akan menyebabkan
kelapa sawit kekurangan oksigen dan menghambat penyerapan unsur hara. Jenis
tanah: kelapa sawit tumbuh pada tanah podsolik, latosol, hidromorf kelabu,
Regosol, Andosol dan tanah alluvial, bahkan pada tanah gambut pun dapat tumbuh
dengan syarat ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter. Penyinaran matahari:
sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pertumbuhan
bunga dan buah. Untuk itu intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat
berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit
antara 5 – 7 jam per hari, rata-rata penyinaran 6 jam per hari, minimum 1600
jam per tahun dengan intensitas di atas 60 %.
Sifat kimia tanah dapat
dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi hara mineralnya. Sifat kimia tanah
mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan
tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa
sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Tanah yang mengandung
unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur
- unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 –
6,5 sedangkan pH optimum 5 – 5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan
dengan pengapuran tetapi membutuhkan biaya tinggi. Tanah yang memiliki pH
rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. Tanaman
kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi,
dengan C/N mendekati 10 di mana C 1 % dan N 0,1 %. Daya tukar Mg dan K berada pada
batas normal, yaitu Mg 0,4 – 10 me/100 gram, sedangkan K 0,15 – 1,20 me/100
gram.
3.
Praktek
Dilapangan di penanaman Meranti di bawah tegakan sawit di Sumatera Utara adalah
di Kebun Sawit PT. Lonsum di Desa Turangi, Kec. Bahorok, Kab Langkat, Sumatera
Utara
Dari hasil penelitian
S. stenoptera dan S. pinanga
mampu tumbuh dengan baik di bawah tegakan hutan bekas tebangan di Sialiali
kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara (Edy & Ali, 2008). Pada
tanaman meranti jenis S.pinanga, pertumbuhan tanam muda di pengaruhi
oleh intensitas cahaya yang masuk (Darwo, dkk,2007).
Hasil review
pertumbuhan 2 jenis meranti penghasil tengkawang (Shorea pinanga dan Shorea
stenoptera) di bawah tegakan hutan alam bekas tebangan di Kebun Percobaan
Sialiali disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Rata-rata
tinggi, diameter dan persen hidup S.pinanga Scheff. dan S.steno tera Burc.
umur tiga tahun di KHDTK Siali-ali.
Jenis
|
Rata-rata Tinggi (m)
|
Rata-rata Diameter (cm)
|
Persen Hidup(%)
|
S.
Pinaga
|
1,19
|
1,41
|
52,5
|
S.
stenoptera
|
1,72
|
2,00
|
40,0
|
Mindawati (2005) telah
melaporkan pertumbuhan tanaman muda S.pinanga dan S.stenoptera di
Haurbentes Jawa Barat. Hasil pengukuran terkecil dan terbesar terhadap tinggi
dan diameter tanaman S.pinanga di Haurbentes umur 2 tahun adalah 2,41- 3,27
m dan 3,14-3,47 em, sedangkan S.stenoptera umur 4 tahun masing-masing
4,16-5,88 m dan 3,80-6,80 em.
Pertumbuhan beberapa
jenis dipterocarpaceae tingkat pohon telah dilaporkan oleh Alrasyid (2000). Diantara
jenis meranti yang pertumbuhannya relatif cepat adalah S.stenoptera dan S./eprosula.
S.stenoptera Burc. umur 42 tahun yang ditanam di KHDTK Haurbentes Jawa
Barat memiliki rata-rata tinggi 46,3 m dan diameter batang 75, 1 em dengengan
rata-rata tahunan (MAI/Mean Annual lncreament) tinggi tanaman sebesar
1,10 m/tahun dan MAI diameter sebesar 2,42 cm/tahun. S. leprosula Miq. Umur 35 tahun memiliki rata-rata tinggi 44,6 m (MAl
1,27 m/tahun) memiliki rata-rata tinggi 30,7 m(MAI0,73 m/tahun) dan diameter
54,8 cm (MAI 1,30 cm/tahun).
Darwo, dkk (2007) yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan meranti tanaman muda di bawah tegakan hutan alam
bekas tebangan di penganruhi oleh intensitas cahaya (tingkat penutupan tajuk).
Selain itu pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penanaman , Shorea
leprosula di perkebunan sawit sudah dilakukan oleh PT. Lonsum di Langkat
dan menunjukan hasil yang baik.
Salah Satu Lokasi
penanaman Meranti di bawah tegakan sawit di Sumatera Utara adalah di Kebun
Sawit PT. Lonsum di Desa Turangi, Kec. Bahorok, Kab Langkat, Sumatera Utara.
Tanaman meranti tersebut ditanam pada tahun 2001 atau sekarang telah berumur 9
tahun. Pengukuran tanaman meranti (Diameter dan Tinggi0 dilakukan pada dua blok
penanaman masing-masing seluas 1 ha. Hasil Pengukuran tanaman disajikan pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 2 Rata-rata
diameter dan tinggi tanaman meranti umur 9 Tahun di PT Lonsum Bahorok
Dari hasil
pengukuran tanaman meranti seperti disajikan pada Tabel 1 di atas, meranti
merah (Shorea leprosula) dan meranti buaya. Beberapa jenis meranti yang
ditanam di bawah tegakan sawit di PT Lonsum, Sumatera Utara menunjukkan
pertumbuhan yang baik. Dua jenis diantaranya yaitu Shorea leprosula (meranti
merah) dan S. macroptera (meranti buaya) relatif tumbuh cepat dibanding
jenis lainnya.
4.
Keuntungan Penanaman Meranti
diantara Sawit
Keuntungan
1.
Penanaman
tanaman meranti
bertujuan untuk
memperbaiki sifat – sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya
erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu
(gulma).
(Harapan dan
Edy, 2008). Tanaman
sawit dengan daurnya yang kurang lebih 25 tahun ini akan lebih baik jika kita
padukan dengan tanaman kehutanan untuk jenis dipterocarpaceae (exp:
meranti/shorea) yang daurnya 50-60 tahun. dipterocarpaceae adalah jenis tanaman
kehutanan yang pasca masa kecilnya membutuhkan naungan agar dapat tumbuh dengan
baik. kelapa sawit yang telah berumur sekitar 5 tahun (buah pasir) dapat kita
tanami dengan tanaman dipterocarpaceae tentunya dengan pengaturan jarak tanam
yang sesuai. apabila kegiatan ini berhasil keuntungan finansial yang akan kita
dapatkan akan lebih besar dibandingan hanya dengan menanam sawit saja. selain
itu, dengan kegiatan ini tanaman meranti akan mampu mengatasi kekritisan lahan
yang disebabkan oleh kelapa sawit, sehingga tanah akan tetap terjaga
kesuburannya.
2.
Pohon meranti yang cepat pertumbuhannya
memberikan pengaruh positif dengan menghasilkan banyak seresah sebagai mulsa,
Kerugian
1.
pohon meranti tersebut juga memberikan
pengaruh negative dengan mengakibatkan naungan yang besar, dan akan
berkompetisi terhadap cahaya.
Referensi
Tata,
Hesti, Meine van Noordwijk, Saida Rasnovi dan Laxman Joshi. 2008. Pengayaan
Jenis Wanatani Karet dengan Meranti. Diunduh tanggal 6 Desember 2011. http://km.ristek.go.id/assets/files/Kehutanan/377%20D%20n/377.pdf
Santoso, Erdy, Maman Turjaman Dan Ragil SB Irianto.
2011. Aplikasi Mikoriza Untuk
Meningkatkan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Terdegradasi. Diunduh tanggal 6 Desember 2011. http://www.dephut.go.id/files/Erdy.pdf
Anomane. 2001
Karakteristik Dan Analisis Komparatif Inventasi Kelapa Sawit Di Wilayah.
Diunduh tanggal 6 Desember 2011. http://regionalinvestment.com/newsipid/userfiles/komoditi/2/oilpalm_karakteristikwilayah.pdf
Ika Heriansyah.2011. Meranti
(Shorea sp), Mampukah Menjadi Primadona HTI Indonesia?.
Diunduh tanggal 6 Desember 2011.http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=226:meranti-shorea-sp-mampukah-menjadi-primadona-hti-indonesia?
Tata.
Hesti. 2008 Mikoriza: Korporasi saling menguntungkan antara tanaman dan jamur. Diunduh
tanggal 6 Desember 2011. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/magazine/MA0035-10.PDF
Mawazin dan
Hendi Suhaendi. 2008. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuha diameter Shorea parvifolia Dyer. Diunduh tanggal
6 Desember 2011 . http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5408381388.pdf
Comments
Post a Comment