PEMILIHAN JENIS TANAMAN CASUARINA EQUISETIFOLIA L UNTUK REHABILITASI LAHAN ALANG-ALANG (Suatu Rujukan)



Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome) yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang dapat berkembang biak melalui biji dan akar rimpang, namun pertumbuhannya terhambat bila ternaungi. Oleh karena itu salah satu mengatasinya adalah dengan jalan menanam tanaman lain yang tumbuh lebih cepat dan dapat menaungi.
Hasil percobaan lapang dan survey pada lahan petani di daerah Lampung Utara menunjukkan bahwa untuk membasmi alang-alang secara biologi diperlukan penaungan yang dapat mengurangi sinar matahari yang masuk minimal 80% dari jumlah total sinar pada tempat-tempat terbuka, dan waktu yang diperlukan minimal 2 bulan (Purnomosidhi dkk, 2000). Dan Di Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan, C. calothyrsus telah digunakan untuk merehabilitasi tanah masam yang tidak produktif dan ditumbuhi alang-alang (Imperata cylindrica). Areal tersebut telah diubah menjadi padang penggembalaan yang produktif untuk kambing dan domba.
Tanaman hutan jenis Calliandra sp dan Glirisidia banyak digunakan dalam reklamasi lahan dan kedua tanaman tersebut meng-hasilkan bunga yang mengandung nectar. Untuk itu dapat dilakukan kombinasi budidaya lebah yang menghasilkan madu yang memiliki nilai ekonomi tinggi; (d) Seri culture. Berbagai jenis tanaman berkayu, seperti Mulbery (murbei), sering dipakai untuk reklamasi lahan pasca tambang batubara, sedangkan tanaman ini daunnya dapat digunakan sebagai pakan ulat sutera. Sebab itu budidaya ulat sutera dapat dikembangkan dalam sistem ini dan kepompongnya menghasilkan serat/benang sutera alam, yang memiliki peran dalam industri rumah tangga, baik dalam pemeliharaan ulat sutera maupun hasil benang sutera, seperti dalam pembuatan sarung Mandar, sarung Samarinda, dsb.
Anggapan bahwa tanah yang ditumbuhi alang-alang adalah tidak subur adalah tidak selalu benar. Pemeriksaan terhadap adanya batuan yang muncul di permukaan, potongan jalan atau lahan yang diolah harus dilakukan untuk mengetahui kedalaman tanah dan tekstur tanah. Demikian pula hasil-hasil survei tanah bisa dipelajari. Semua informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memilih jenis jenis tanaman semusim dan tanaman tahunan dan taksirlah kebutuhan kapur dan pupuk

Tanaman actinorhizal merupakan jenis pohon non-legum yang dapat membentuk nodul akar penghasil nitrogen karena bersimbiosis dengan bakteri Frankia. Family Actinorhizal terakhir setelah revisi taxonomic terbaru dibagi menjadi empat genus - Casuarina, Allocasuarina, Gymnostoma dan Ceuthostoma.
Pada paper ini akan di bahas mengenai pemilihan jenis tanaman Casuarina Equisetifolia L pada lahan Alang-alang.


Karakteristik Lahan Alang-alang

Karakteristik utama dari lahan alang-alang adalah seringnya terjadi kebakaran. Selain itu, alang-alang bisa ditemukan pada berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi lahan alang-alang tidak tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh informasi yang benar untuk setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri lahan alang-alang yang umum dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya. Alang-alang cenderung lebih mudah berkembang dan bertahan pada lahan berbukit dibandingkan lahan datar, karena api kebakaran pada lahan miring lebih panas dan lebih mudah menjalar.
Lahan alang-alang di lahan miring lebih mudah tererosi karena adanya kebakaran secara periodik menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka terhadap pukulan air hujan. Di pihak lain, alang-alang menutupi tanah hampir sepanjang tahun dan akarakarnya mengikat tanah walaupun sesudah terjadi kebakaran. Alang-alang sebagai penutup tanah masih lebih baik daripada tanpa penutup sama-sekali, dan mungkin bisa melindungi tanah lebih baik dibanding sistem pertanian dengan melibatkan pengolahan pembongkaran tanah. Dalam  rehabilitasi lahan alang-alang harus mampu melindungi tanah dari erosi. Jangan sekalikali mempunyai anggapan bahwa Alang-alang bisa ditemukan diberbagai tempat yang memiliki tipe iklim berbedabeda.
Kebanyakan lahan alang-alang berkembang di daerah yang memiliki musim penghujan cukup panjang, tetapi masih memiliki bulan kering yang cukup sering sehingga memungkinkan terjadinya kebakaran. Alang-alang bukan merupakan tanaman yang rakus hara dan bahkan seringkali dijumpai pada tanah yang tidak subur dan tanah masam. Kandungan bahan organik tanah semakin berkurang pada lahan alang-alang yang pernah terbakar. Alang-alang juga dijumpai pada tanah yang mempunyai tingkat kesuburan sedang sampai tinggi.

Analisis Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina Equisetifolia L
Untuk penanaman Casuarina equisetifolia L pada lahan alang-alang  perlu dianalisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang

1.      Kekuatan Tanaman Causarina equisetifolia L dapat penambat nitrogen bersimbiosis dengan Frankia, membentuk mycorrhiza, beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim setempat, mudah dan cepat tumbuh secara alami, dapat tumbuh pada daerah kritis, toleran terhadap kadar garam tinggi.
2.      Kelemahan Tanaman Actinorhizal Causarina equisetifolia L yaitu bersimbiosis dengan Frankia merupakan bakteri “Slow Growing”, menghasilkan sedikit seresah, tajuk ringan, seresah kurang cepat terdekomposisi, dan sensitif terhadap kebakaran
3.      Peluang , Adanya lahan alang-alang yang perlu direhabilitasi

Berdasarkan uraian di atas dapat ditekankan bahwa Casuarina equisetifolia L merupakan jenis yang bersimbiosis dengan mycorrhiza dan bakteri penambat nitrogen Frankia, dapat tumbuh pada lahan kritis dan mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Tanaman Casuarina equisetifolia L dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan alang-alang dikombinasikan dengan jenis tanaman yang menghasilkan banyak seresah dan jenis penghambat pertumbuhan alang-alang.




Daftar pustaka

Soedjalmo, Riyanto. 2010. Reklamasi Lahan dengan Sistem Agroforestri (Land Reclamation Agroforestry System, LARAS) Riyanto Soedjalmo. Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda.

Irwanto. 2006. Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina Equisetifolia L Pada Rehabilitasi Lahan Alangalang Dengan Sistem Agroforestri. Yogyakarta.

Matatula, Jeriels. 2006. Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Penerapan Teknologi Agroforestry Sistem Silvopastoral Di Desa Oebola Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Pratiwi., 2003. Teknologi Dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan Konservasi Alam. Bogor

Comments

Popular posts from this blog

takik balas dan rebah

Pengelolaan Arboretum Universitas Riau

INFILTRASI