PENYULUHAN AGROFORESTRI KARET DENGAN PENDEKATAN EKONOMI RUMAH TANGGA (Program Penyuluhan) (Studi kasus di Desa Sepunggur, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo Tebo, Propinsi Jambi)



Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam pengelolaan Agroforestry Karet di Desa Sepunggur salah satunya adalah perlunya penyuluhan dan pembinaan yang intensif dan terpadu terhadap petani Agroforestry Karet terutama dalam penggunaan bibit karet unggul untuk meningkatkan produksi getah karet, penanaman jenis tanaman tahan naungan pada karet umur lebih dari 2 tahun seperti kapulaga, laos, kencur dan jahe (tumbuhan obat) untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pada paper ini akan membahas tentang penyuluhan penanaman jenis tanaman Agroforestri untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan pendekatan ekonomi rumah tangga.
Peran kegiatan penyuluhan di bidang kehutanan menjadi semakain penting dalam rangka kebijakan kehutanan yang semakin mengutamakan paran serta masyarakat, dan bahkan memberi kesempatan kepada masyarakat (rakyat banyak ) untuk menjadi pelaku ekonomi kehutanan yang sejajar dengan pelaku ekonomi kehutanan lainnya. Kebijakan reformasi kehutanan menginginkan dan mentargetkan agar rakyar banyak dapat menjadi pelaku ekonomi kehutanan yang kuat dan professional baik dari segi pengelolaan unit usaha maupun  dari segi pengelolaan hutan. Sementara itu pada umumnya ralyat masih  belum memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk pengelolaan unit usaha dan pengelolaan hutan yang maju dan modern. Perlu diingat bahwa ungkapan maju dan modern tidak harus berarti berskala besar dan padat modal. Dalam keadaan seperti itu maka peranan penyuluhan kehutanan sangat startegis (Dudung, 1999)
Menurut Widianto dan Didik (2003),  pengertian sistem agroforestri mencakup upaya untuk memperoleh hasil atau produksi dari kombinasi tanaman (semusim), pepohonan, dan/atau ternak (hewan) secara bersama baik sekaligus atau secara bergiliran melalui pengelolaan lahan yang terjangkau secara sosial, ekonomi dan budaya. Pengertian ini mencakup bagaimana seharusnya sistem agroforestri dilaksanakan untuk mencapai tujuannya. Salah satu sasaran utama dari setiap usaha pertanian termasuk agroforestri adalah produksi yang berkelanjutan (sustainable) yang dicirikan oleh stabilitas produksi dalam jangka panjang.
Profil Desa
Desa Sepunggur merupakan salah satu desa yang sebagian besar masyarakatnya telah melakukan praktek-praktek Agroforestry Karet (karet campuran) pada kebun-kebun mereka secara tradisional. Dan hingga kini, sumber pendapatan rumah tangga petani di Desa Sepunggur tergantung dari produksi getah karet pada kebun Agroforestry Karet mereka.
Secara umum pada pengelolaan kebun Agroforestry Karet di Desa Sepunggur, terdapat 3 bentuk tipe dalam masa pertumbuhannya, yaitu: Karet Tumpangsari (KTS) atau pada saat karet berumur kurang dari 2 tahun yang ditumpangsarikan dengan tanaman semusim, kemudian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yaitu karet umur lebih dari 2 tahun sampai sekitar umur 8 tahun atau pada saat karet mulai disadap, dan Tanaman Menghasilkan (TM) yaitu karet yang sudah disadap(umur di atas 8 tahun).
Rata-rata pendapatan rumah tangga pada kelas luas lahan 0-2 Ha, dari Agroforestry Karet adalah Rp.4.035.712,50 per tahun (56,58%) dan dari Non Agroforestry Rp.3.097.180,00 per tahun (43,42%). Untuk kelas luas lahan antara lebih dari 2 Ha dan kurang dari 4 Ha, dari Agroforestry Rp.5.686.442,86 per tahun (82,77%) dan dari Non Agroforestry Karet Rp.1.183..428,57 per tahun (17,23%). Sedangkan dari kelas luas lahan 4 Ha atau lebih adalah Rp.7.399.571,15 per tahuan (71,41%) dan dari Non Agroforestry Karet Rp.2.962.660,15 per tahuan (28,59%). Sehingga secara keseluruahan kontribusi Agroforestry Karet terhadap pendapatan rumah tangga responden, rata-rata sebesar Rp.5.707.242,17 per tahun (70,27%), sedangkan dari Non Agroforestry Karet adalah Rp.2.414.422,91 per tahun (29,73%).
Jumlah petani dan buruh tani di Desa Sepunggur masing-masing mencapai 602 orang (61,68%) dan 230 orang (23.57%). Mata pencaharian penduduk lainnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Pencaharian di Desa Sepunggur                      
 
Pendekatan Penyuluhan Agroforestri
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyuluhan itu berusaha menumbuh-kembangkan: 1) Pengetahuan/pemehaman, 2) motivasi/keinginan, dan 3) keterampilan pelaksanaan. Keberhasilan penyuluhan dalam menumbuh-kembangkan ketiga unsure tersebut sangat tergantung pada ketepatan dan kelengkapan pendekatannya, yakni yang memperhatikan kepentingan efisiensi Agroforestri sebagai kegiatan produksi dan sebagai upaya pemenuhan kepentingan rumah tangga dari pelakunya.
Dari sisi kepentingan efisiensi kegiatan produksi, penyuluhan Agroforestri perlu mengambil pendekatan ekonomi usaha (bisnis) artinya dalam mengembangkan ketiga unsure tersebut di atas penyuluhan harus jelas menyodorkan materi bagaimana Agroforestri mampu menciptakan keuntungan/rentabilitas dari investasi yang ditanamkan. Untuk itu perlu modul-modul materi penyuluhan yang berisi pedoman pengelolaan teknis dan finansialnya. Pada sisi kepentingan rumah tangga, yang selama ini kurang diperhatikan tepat, penyuluhan Agroforestri perlu mengambil pendekatan ekonomi rumah tangga, artinya penyuluh harus secara jelas menyodorkan materi bagai mana Agroforestri mampu secara teratur/terjadwal memenuhi jumlah ppola belanja rumah tangga dari pelaku. Sebagai contoh ekstrim, rakyat kecil tidak akan mau melaksanakan Agroforestri sekalipun dari segi ekonomi investasi lebih menguntungkan, apabila hanya akan member pandapatan setiap 10 tahun,misalnya.
Penyuluhan Agroforestri akan berhasil apabila dapat menunjukan bahwa Agroforestri dengan rekayasa tertentu dapat melengkapi pemenuhan keperluan belanja rumah tangga. Dengan pendekatan ekonomi rumah tangga ini Agroforestri perlu direkayasa sehingga sedapat mungkin memenuhi: belanja harian/mingguan, bulanan, tahunan, 3-5 tahun, 10-25 tahun, dan seterusnya. Jadi upaya membuat campuran jenis yang lebih banyak dalam Agroforestri tidak hanya karena memperhatikan peningkatan efisiensi usaha secara total, tapi juga harus memperhatikan kepentingan sebaran dan keteraturan penerimaan pendapatan yang dapat memenuhi pola belanja rumah tangga pelaku.
Secara ringkas kedua pendekatan di atas dapat dikemukakan pada matriks berikut:
Tabel 3. Pendekatan Ekonomi Rumah Tangga dalam Agroforestri
Sisi kepentingan
Pendekatan penyuluhan
Focus materi
Unit Usaha/Bisnis
Ekonomi Usaha atau investasi: keuntungan
Pedoman pengelolaan dan finansial
Rumah tangga
Ekomoni rumah tangga: % pendapatan terhadap jumlah belanja, keteraturan pemenuhan pola belanja
Pedoman alokasi lahan/tanaman dan pemungutan hasil
Sumber: Dudung. 1999
Pola Belanja Rumah Tangga
Bagi rumah tangga, pendapatan itu akan memberikan kesejahteraan apabila tidak hanya mampu memenuhi sebahagian besar kebutuhan belanjanya, tetapi juga mampu secara teratur /terjadwal  memenuhi pola belanja sepanjang horizon kehidupan rumah tangga tersebut.
Pola belanja rumah tangga masyarakat dan pola kombinasi tanaman Agroforestri yang mungkin dikembangkan perlu dipelajari dengan seksama dan dibuat kesesuaian antara keduanya. Bahkan  perlu dipelajari sejauh mana sumber mata pencaharian  yang ada (sebelum Agroforestri) telah memenuhi pola belanja tersebut. Semakin mampu Agroforestri melengkapi atau memenuhi pola belanja para pelakunya, akan semakin berhasil Agroforestri dikembangkan. Contoh pola belanja dan kemungkinan pemenuhan oleh hasil Agroforestri, yang baru bersifat perkiraan saja.
Pola belanja ini disesuaikan dengan  Jenis tanaman yang terdapat di Desa Sepunggur didominasi oleh jenis karet (Hevea brasiliensis). Tanaman lain pada umumnya adalah jenis-jenis tanaman tahunan baik tanaman penghasil kayu, non kayu dan buah-buahan, serta tanaman semusim. Jenis-jenis tanaman dan tumbuhan tahunan antara lain: jengkol (Pithecellebium jiringa), petai hutan (Parkia speciosa), durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllus), Kelapa (Cocos nucifera), kopi (Coffea sp.), kabau (Pithecelobium bobalium), kayu manis (Cinnamomum burmanii), cempedak ayer (Artocarpus sp.), balik angin (Mallotus panicolatus), kubung (Dysoxylum sp), Laban (Vitex pubescen), Medang (Litsea sp.), Peru-peru lenrong (Heleocharis plantaginoida), Pulai (Alstonia scholaris), terap (Artocarpus elastica), tampang (Artocarpus dadah), tarak rimbo (Macaranga sp.), keduduk (Malastonia polyantum), menarung (Terma angustifolia), Kayu ubi (Ptenandra galeata), kedondong hutan (Canarium sp.), dan lain-lain. Sedangkan jenis tanaman semusim, antara lain: padi (Oryza sativa), cabe (Capsium sp.), jagung (Zea mays), ubi jalar (Ipomea sp.), ubi kayu (Manihot esculenta), kacang tanah (Arachis hypogaea), Pepaya (Carica papaya), pisang (Musa sp.), dan lain-lain.

Tabel 4. Hubungan Pola Belanja Rumah Tangga dan Kombinasi Tanaman Agroforestri
Jadwal Belanja
Keperluan
Tanaman Agroforestri
a.       Harian, mingguan
Belanja dapur, ongkos perjalanan, uang jajan, dan sebagainya
Getah karet, kayu bakar dan lain-lain
b.      Bulanan
Bayaran Listrik, telepon (?) , iuran sekolah dan sebagainya
Kayu ubi, ubi jalar papaya cabe, pisang, kacang tanah dan lain sebagainya
c.       Tahunan
Pajak, beli pakaian, lebaran, dsb
Kopi, kelapa, jengkol, durian, kayu manis dsb
d.      3 – 5 tahun
Memperbaiki rumah, menyekolahkan anak, dsb
Kayu daur pendek
e.       10 – 25 tahun
Menikahkan anak, naik haji, dsb
Kayu daur panjang
Sumber: Dudung. 1999 dengan sedikit perubahan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditekankan bahwa keberhasilan program pembangunan, termasuk penyuluha Agroforestri, sangat ditentukan sejak awal oleh sejauhmana memenuhi kepentingan masyarakat pelakunya. Oleh karena itu penyuluhan Agroforestri perlu mengambil pendekaan ekonomi rumah tangga di samping pendekatan usaha yang selama ini lebih dikedepankan
Daftar Pustaka
Darusman, Dudung. 1999. Penyuluhan Hutan Kemasyarakatan Dengan pendekatan Ekonomi Rumah Tangga. Jurnal Pembenahan Kehutanan Indonesia: 407-409
Widianto, Nurheni Wijayanto Dan Didik Suprayogo. 2003. Pengelolaan Dan Pengembangan Agroforestri. Bogor, Indonesia

Nur Endardi Sudibjo. 1999. Kajian Agroforestry Karet dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi kasus di Desa Sepunggur, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo Tebo, Propinsi Jambi). IPB.

Rahmawaty. 2004. Hutan: Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat. Usu Digital Library.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Comments

Popular posts from this blog

takik balas dan rebah

Pengelolaan Arboretum Universitas Riau

INFILTRASI